Views

Sabtu, 16 Mei 2015

AKU DAN TARI JILID V : "PENUH TANYA"



Malam itu juga, sesampainya dikamar, aku membanting badan ke atas tempat tidur. Menatap langit-langit kamar yang semakin lama semakin rendah rasanya.
Besok!

Aku hanya punya waktu kurang dari 24 jam Sangat sulit dipercaya hal serumit ini harus diselesaikan dengan cepat. Dalam masalah ini, ada 2 permasalahan utama. Pertama, bagaimana dengan Kak Zevan seandainya aku menginginkan untuk mengakhiri episodenya denganku. Apakah dia tak sakit hati? Padahal baru 3 hari yang lalu kita berdua berkomitmen. Kedua, bagaimana jika aku tak menggubris perasaan Tari? Aku takut dia marah, aku takut dia pergi dari kehidupanku karena pada dasarnya aku sangat mencintai dia. Aku mencintainya lebih dari sekedar sahabat. Dua masalah ini sama-sama penting.

Aku memilih mengurai game ini dari yang kedua. Aku kembali mengambil handphone, lalu dengan otomatis aku langsung masuk ke menu pesan dan bersiap untuk mengetikan sebuah pesan.

"Tari, Selamat Malam. Aku akan memberi jawaban padamu besok ditaman tempat biasa kita bertemu. Tolong jangan menghubungiku dulu." Ketikku pada layar handphone. Lalu dengan lihainya aku kirimkan pesan itu pada Tari.

Aku tak tahu yang mana yang harus aku pilih. Aku bingung. Namun ditengah kebingunganku aku teringat pada Kak Putri. Dia pasti bisa membantuku. Dia kakak perempuanku yang dapat ku andalkan.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. "Tok.. Tok.. Tok.. Ri, makan malam, Mama Papa udah nungguin tuh dari tadi." Teriak Kak Putri.
"Iya kak." Sahutku dengan nada lelah.

Malam itu setelah makan malam aku bergegas mandi lalu setelah itu aku akan keruang tengah karena biasanya Kak Putri setelah makan malam bersantai diruang tengah sambil membaca majalah. Entah kenapa mbakku yang satu ini suka sekali membaca majalah.
"Malem Kak, majalah baru tuh. Beli dimana Kak?" tanyaku dengan nada merayu.
"Tumben lu nanya-nanya, ada apa? Ada yang lagi lu pengenin dari gua?" Sahutnya dengan muka mengejek.
"Aelah kak, masa gitu aja gak boleh, wajar kali seorang ade nanya ke kakaknya." sahutku dengan muka cengar-cengir.
"Biasanya kan lu ada maunya kalo udah cengar-cengir najis begini." Tangkas dia.
"Tau aja kakak gua, ya kak gini kak... "

Belum selesai perkataanku pada dia, ternyata dia pergi melengos sambil mengangkat telepon. Nampaknya itu dari Bos dikantor tempat Kak Putri bekerja.
Dengan muka kesal aku duduk disofa sambil mengotak-ngatik remote televisi.
Dari belakang terdengar suara Noah yang merengek minta diajarin ngerjain PR sama Mama. Lalu, Mama datang menemuiku diruang tengah. Aku disuruhnya untuk menemani Noah mengerjakan PR. Lalu kuiyakan saja dan Noah pun duduk dikarpet dan meletakan bukunya diatas meja. Dengan muka masih agak kesal akupun duduk dikarpet dan mengajari Noah mengerjakan PR.

Noah adalah adik laki-lakiku, dia berumur 7 tahun dan dia baru kelas 1 SD.

(Sepuluh menit berselang)

"Ri, ada apaan tadi?" tanya Kak Putri.
"Enggak jadi ah kak, besok aja kak, besok Ari mau minta saran aja sebelum Kakak berangkat kerja. Bisa kan kak?" Jawabku dengan nada memohon.
"Iyadeh, udah yak gua masuk kamar." Sahutnya sambil melengos.
"Makasih sebelumnya kak."

Selepas menemani Noah mengerjakan PR. Aku bergegas ke kamar dan aku mencoba untuk bisa tertidur dengan cepat. Ku harap akan ada saran yang matang dari Kak Putri besok. Meskipun sebenarnya aku sudah agak condong ke salah satu keputusan.

"Sudahlah.. Cepatlah terjaga.."

0 komentar:

Posting Komentar