Views

Bogor EduCARE road to Istana Bogor

Memperingati HUT Bogor ke-533 Bogor EduCARE berkesempatan mengunjungi Istana Bogor pada Hari Rabu, 27 Mei 2015

Panitia Penerimaan Angkatan 19

Tes Gelombang 1 pada tanggal 23 Mei 2015

Alun-alun Suryakencana

Perjalanan penuh warna ini adalah pendakian ketiga saya setelah sebelumnya dibulan Juli 2013 dan dibulan Desember 2014 saya mendaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango dan kali ini saya bersama rekan seperjuangan dikampus kesayangan mendaki Gunung Gede untuk kedua kalinya.

Air Terjun Pelangi (Cimahi)

Air Terjun Cimahi ini, memiliki ketinggian sekitar 87 meter, merupakan salah satu air terjun yang tertinggi di wilayah Bandung dan sekitarnya. Nama Cimahi berasal dari nama sungai yang mengalir di atasnya. Air Terjun ini berada di ketinggian 1050 meter dpl dengan suhu di kawasan ini berkisar 18-22 derajat Celsius. Brrrrrrr.. #GreatExperience

2 Generous Family

Tanpa terasa kita semua sudah menginjak fase selanjutnya. Semoga kita semua dapat menjadi insan yang lebi baik lagi dikelas selanjutnya. Aamiin.

Kamis, 25 September 2014

MENUJU IMPIAN JILID IV : "KEPUTUSAN HAKIM YANG MAHA AGUNG"



Masih ada satu bulan waktuku untuk menunggu hasil perjuanganku selama ini. Harusnya aku bisa berkaca dari pengalaman yang sudah-sudah. Namun keledai ini nampaknya jatuh kembali ke lubang yang sama. Waktu yang seharusnya aku gunakan untuk mempersiapkan pertempuran selanjutnya, yaitu SBMPTN, aku sia-siakan dengan bersantai-santai, terlena-lena,main-main dan bahkan aku masih mau menerima tawaran dari sobat lamaku untuk bekerja Part-time. Praktis 1 bulan lamanya aku hanya belajar seadanya, sering bolos belajar dan melakukan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Mungkin aku masih ingin balas dendam karena bulan-bulan yang lalu aku habiskan dengan angka-angka dan aku merasa diatas angin dalam medan SNMPTN.

Dan 13 Mei 2014 yang indah nan menegangkan-pun datang. Ku kenakan kemeja putih berjas, berdasi merah bercorak, dan bercelana hitam dihiasi sepatu pantofel serta hiasan bunga mawar yang sengaja ku sediakan untuk menghadiri momen terpenting dalam hidupku yaitu wisuda. Wisuda itu kunamai "TIGA BELAS MANIS".

Meskipun bukan aku yang akhirnya menjadi seorang Raja, melainkan rekanku yang inisialnya 'WCW'. Tapi hari itu aku tetap senang karena buku tahunan sukses dan rampung tepat pada waktunya, dicetak semua dan pembagiannya lancar, tidak seperti cerita kakak-kakak kelasku terdahulu yang permaslahan Buktanya masih menggantung setelah perpisahan. Di hari itu, aku ingin sekali mendengar kabar baik, dan untuk mendengar kabar sebaik ini aku harus berpakaian rapi, senang dan berhati lapang. Tapi, acara pelulusannya akan diumumkan seminggu lagi, tepat 20 Mei 2013 nanti. Dan Maha Baik Allah SWT yang menghadirkan kabar super baik di hari selasa yang baik itu. Aku LULUS UJIAN masalah NASIONAL yang kontroversial itu, tak hanya itu aku diberi bonus oleh Sang Pemberi Rahmat, seorang perempuan yang mau menerima cintaku. Tapi sayang sekarang dia sudah melupakanku.

Alhamdulillah aku pun mendapat nilai yang relatif baik dan termasuk tinggi di sekolahku. Hufft.. Fiuuh, kerja kerasku terbayarkan. Usaha kuat memang tak akan berkhianat! Dan di 27 Mei 2014 aku kembali mengharap kabar yang super baik. Saiang itu diwarnet aku dan seorang kawanku berinisial RM, dag-dig-dug cemas, aku menunggu kabar yang aku harapkan jauh lebih baik dari kabar lulusnya pecundang ini di Ujian masalah Nasional. Pengumuman lulusnya para pejuang SNMPTN diumumkan tepat pukul 12.00 WIB. Aku hitung mundur waktu menuju momen menegangkan itu layaknya pembakar kembang api menunggu pukul 00.00 untuk meletuskan kembang api tahun baru. Tanganku menegang bergetar diatas keyboard laptop ini, mataku mondar-mandir antara jam tangan yang berdetak ditanganku dan layar lcd komputer ini tak kalah membuatku gugup. Pertanyaanku dalam hati apakah aku tanyakan saja pada guru BK-ku, ah aku harus kuat menerima semua keputusan ini, ini adalah hasil dari usahaku! Teng!

Tepat pukul 12.00, sungguh tak bisa ku gambarkan bagaimana tegangnya diriku menunggu putusan tentang nasibku di ranah SNMPTN 2014 ini, laksana menunggu putusan sidang dari pengadilan. Teman-teman pembaca yang sudah pernah merasakan pasti dapat memahami apa yang aku maksud, dan bagi teman-teman pembaca yang belum pernah merasakan, tunggulah momennya nanti dan rasakan sensasinya, haha. Rasanya inginsegera ku tulis url snmptn di browser yang sedang ku buka ini, tapi aku malah membuka akun facebookku terlebih dahulu yang setelah ku buka diberandanya terpampang nyata bagaimana teman-temanku yang tidak lolos SNMPTN meluapkan kekesalannya dan berbagi melalui media social itu, ada yang bernada kecewa, ada yang bernada kesal, ada yang bernada pasrah, pokonya macam-macam. Waw! Rasanya tak sabar aku untuk menulis status yang tidak maenstream. Seketika aku pun takut untuk membukanya, optimisme ku selama ini berubah menjadi rasa pesimisme yang tinggi. Dan akhirnya aku beranikan diri untuk membuka pengumumannya.

Ternyata aku gagal, dan jujur ini adalah kegagalan yang membuatku terpuruk, bagaimana tidak ternyata raport-ku selama 5 semester yang ku pertahankan seluruh nilai-nilainya + Satu sertifikat Nasional, sati sertifikat Provinsi dan satu sertifikat Kabupaten yang ku dapatkan tak sanggup mengantarkan aku menjebol Perguruan Tinggi Negeri   tapi inilah hidup, aku akan berjuang di kesempatan berikutnya. SBMPTN I'm Coming !



... Bersambung ...

Minggu, 14 September 2014

MENUJU IMPIAN JILID KETIGA : "ESENSI UN"



Lupakan dulu tentang SNMPTN, aku pun bersua kembali dengan rutinitas aku untuk menghadapi medan peperangan UN sampai akhirnya datanglah 14 April 2014. Momen bahagia sebenarnya untukku, karena hari itu Mama, ya Mama, sosok dibalik kekuatanku, keteguhan dan ketegaranku berulang tahun yang ke-48. Happy Birthday Mom, meskipun sudah sangat amat basi !

Selama 3 hari itu aku harus bisa menunjukkan kegigihanku, dengan usaha keras yang singkat ini aku bisa melalui Ujian Nasional yang penuh kontroversi itu setidaknya dengan aman, dengan LULUS bukan LOLOS. Selama 3 hari itu, untungnya aku masih diberi iman yang kuat untuk tidak tergoda dengan banyak sekali bocoran jawaban yang beredar. Aku tahu asal muasal bocoran itu, tapi aku hanya tidak mau, apa yang aku usahakan selama ini ternodai dengan bocaran-bocaran yang tak guna itu. Aku juga tidak mau, ijazah yang nantinya aku gunakan untuk masa depanku, aku dapatkan dengan cara yang tidak halal dan aku juga tidak mau mengecewakan orangtuaku, terutama Mama yang selalu berdoa demi kesuksesanku dan aku juga tak mau uang negara yang mengucur untuk membiayai pendidikanku aku gunakan dengan cara-cara yang tidak beradab seperti itu layaknya seorang koruptor biadab itu. Aku berpikir apa bedanya aku dengan koruptor-koruptor yang ku hujat itu jika aku menggunakan lembaran yang berisi jawaban setan itu untuk memperoleh secarik ijazah? Tidak! Untuk aku masih punya hati, alhamdulillah aku masih bersyukur akan hal itu. Memang aku sakit hati sekali, melihat teman-temanku yang aku lihat usahanya jauh lebih keras dariku masih saja terjerembab dalam lingkaran setan itu. Tetapi lantas aku malah kasihan dengan mereka yang mau saja diperdaya dengan hal-hal seperti itu.

UN- pun akhirnya berhasil ku lalui dengan terlunta-lunta sekalipun, agak berlebihan sepertinya, tapi itu yang kurasakan. Tinggalah aku menunggu hasilnya. Bismillah, usaha yang kuat takkan berkhianat.

Siang itu hari terakhir UN aku habiskan di Warung Soto bersama kawan-kawan seperjuanganku. Tapi rupanya kawan-kawanku yang lain bersegera pulang bersiap-siap untuk refreshing menuju Yogyakarta. Yup, aku tidak ikut kesana, aku akan melakoni rutinitasku yang sudah ku persiapkan untuk menghadapi hari itu.



... Bersambung ...

Sabtu, 13 September 2014

MENUJU IMPIAN JILID KEDUA : "MENENTUKAN PILIHAN"



Teguran Tuhan itu memotivasiku untuk kembali bangkit. Karena bagiku tak ada pilihan lain yang lebih baik daripada bangkit dikejatuhan ini. Akupun bangkit, meskipun agak terlambat karena baru di bulan ke-2 tahun 2014 ini aku baru sadar, karena aku justru masih saja memikirkan "Perasaanku" yang tercabik-cabik oleh seorang perempuan yang selama ini kucintai, dan ketika aku sudah melupakannya, aku pun masih terjerembab pada cinta yang salah, bahkan hampir menandaskan persahabatku. Itu sebenarnya sedikit membuyarkan konsentrasi belajarku, tapi bukan itu yang ingin ku ceritakan, sudah lupakan !

Aku masih berpegang pada pepatah, tak ada kata terlambat untuk berubah, iyakan? Aku langsung bergerilya memburu soal-soal UN, men-copy catatan teman yang tentunya jauh lebih rajin dariku, bertanya sana-sini, dengan teman, dengan guru, atau dengan siapapun. Aku menjalani hari- hari yang berat menjelang UN, bagaimana tidak berat? Aku terpaksa harus bercumbu dengan rumus-rumus matematika dan fisika yang indah (?), nama-nama ilmiah dari hewan yang bahkan aku belum pernah melihatnya. Aku buat jadwal tiap hari mapel mana yang harus aku apeli. Senin aku berpacaran dengan Biologi, selasa nge-date dengan bahasa Indonesia, rabu aku tak boleh melupakan kimia, kamis aku harus mencoba mencintai fisika, jumat ber-bahasa inggris, dan sabtu aku bercumbu dengan matematika. Begitulah rutinitasku tiap harinya.

Sialnya, seperti kelas XII yang lainnya. Fokusku terbagi! Aku juga harus mempersiapkan Ujian Praktek, Ujian Sekolah, Berbagai TryOut yang sangat mengujiku, dan SNMPTN, serta siap-siap dengan SBMPTN/UM jika aku tak diundang, sedangkan UN-pun aku masih belum apa- apa. Andai aku seperti teman-temanku yang lain yang sudah siap menghadapi medan tempur jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah baru mulai beberapa langkah untuk menaklukan UN. Langkahku-pun terhenti sejenak di satu titik ketika aku harus mempersiapkan mau dibawa kemana masa depanku, kuliah atau tidak? Kalaupun kuliah, mau kuliah dimana dan jurusannya apa?

Oke, aku berkaca! Aku seorang IPA, lantas ku baca satu per satu jurusan dikampus hijauku itu, karena hanya anak IPA sajalah yang bisa memasuki kampus impian itu. Ada Fakultas MIPA yang ku lirik, lalu ada deretan nama-nama jurusan keteknikan, rumpun kesehatan, ataupun science murni maupun terapan tak ada satupun yang menggoda ketertarikanku. Ku baca berulang-ulang, lagi-lagi tak ada satupun yang menarik hatiku dan lantas akupun menyerah. Tiba-tiba terbesit, mungkin aku harus kembali ke jiwaku yang sebelumnya, jiwa sosial, haha sudah cukup selama hampir 2 tahun ini aku tersesat di lautan rumus-rumus yang menghinakan aku itu. Aku terjerembab pada kesalahan besar. Itu artinya kampus hijau itu bukan lagi menjadi tujuan utamaku? Ya seperti itulah. Bukankah akan lebih menyenangkan jika engkau menjalani apa yang engkau sukai daripada menyenangkan orang lain dengan menyengsarakan dirimu? Tapi hatiku tak cukup mantap untuk murtad dari dunia sains ini. Dan kebingungan selanjutnyapun hadir.

Akupun teringat, dulu di SD aku pernah jatuh cinta dengan IPS, lalu SMP aku mendalami sekali Matematika-ku, dan di SMA ini aku berfokus diri pada Biologi, dan aku kembali menomor satukan IPB itu karena terdapat jurusan tentang Biologi (Murni), Waw! jurusan yang menurut passing grade bimbel-bimbel termasuk jurusan yang paling diminati. Akupun kembali berkaca! Siapa aku? Anak bau kencur di IPA mau ngambil jurusan yang PG-nya termasuk tinggi walaupun aku tak sepenuhnya percaya dengan PG karena itu buatan bimbel bukan sumber resmi dari penyelenggara SNMPTN ataupun PTN-nya sendiri. Lantas aku meminta pertunjuk dari Yang Maha Kuasa dengan sholat istikharoh, sekali lalu dua kali, tiga kali, dan sampai berkali-kali aku melakukannya tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Ya sudahlah, aku putuskan mengambil itu saja. Dan ku taruh Silvikultur sebagai pilihan kedua. Entah karena apa, mungkin hanya karena hobbi, maybe.

Dan untuk pilihan universitas kedua bisa saja ku kosongkan tapi ku pikir isi sajalah, dan harus kupastikan aku tidak akan lolos di pilihan ke-3 dan kupilih Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Jakarta. Kau bercanda Ri? Ya sepertinya begitu. Pendaftaran SNMPTN sudah ku lakukan, tinggal menunggu hasilnya.



... Bersambung ...

Senin, 01 September 2014

MENUJU IMPIAN JILID PERTAMA : "TEGURAN TUHAN"


"Ini adalah catatan spesial untuk adik kelasku SMANC1S Angkatan VII. Jangan dilihat sisi buruknya, ambil sisi baiknya sebagai pelajaran, dan jangan ditiru! Semoga dapat menjadi motivasi, aamiin."

Ujian Nasional.. jengjeng! Aku kira, ujian nasional yang bakal aku hadapi ini tak jauh berbeda dengan ujian nasional masa SMP. Jadi, aku melalui masa-masa awal kelas XII yang suram sekaligus menyenangkan itu dengan santai (banget). Bagaimana tidak santai? Aku masih aktif di kegiatan organisasi seperti OSIS, Pramuka, mengurusi buku tahunan sekolah, setidaknya aku juga mengikuti 3 kegiatan yang membuat aku sering (banget) dispen. Yup, enak memang, saat tubuh kita tidak belajar tapi dianggap masuk. Tapi aku rugi, aku banyak meninggalkan pelajaran. Alhasil ulanganku banyak yang tak memuaskan. Aku juga masih sempat-sempatnya bolos jam tambahan persiapan UN dan lain sebagainya. Aku masih menjalani masa-masa kelas XII ini seperti aku waktu duduk manis di bangku kelas XI. Malah aku lebih menikmati masa persahabatanku di kelas XII ini. Santai sekali keledai pemalas ini.

Bodohnya keledai pemalas ini. Bahkan ketika teman-temanku sudah mulai asyik bercumbu dengan buku Detik-Detik, Menit- Menit, dan Jam-Jam, entah apalah namanya itu, aku masih terlena bersenang-senang dengan teman-teman yang sesantai aku menghadapi UN, mereka, iya mereka sahabat sekomplotanku. Entah karena sudah siap menghadapi UN atau memang mereka sejenis denganku. Ya, sesantai itulah aku menghadapi UN, karena aku berpikir UN SMA itu seperti UN SMP yang bisa ditaklukan dengan menutup mata. Ternyata aku SALAH, SALAH BESAR. Bahkan dengan MELEK – pun, aku tidak tahu bisa menaklukan UN atau tidak. Lantas Allah dengan kebaikan-Nya yang Maha Baik menegurku dengan malu yang cukup membayangi melalui sebuah mimpi. Aku memperoleh nilai UN khususnya Fisika, terendah dari semua teman-teman seangkatanku (bersama dengan temanku yang berinisial SN, haha MDDA sekarang bisa kuliah di jurusan Fisika, hebat kan? Tak hanya Fisika, mapel lainpun tak bisa merangkak ke angka 5, hanya mapel bahasa yang bisa aku banggakan. Menyedihkan sekali mimpi itu !

Sebenarnya bukan nilai 1,75 itu yang begitu membayangi, tetapi banyak (banget) teguran dari dewan guru dan teman-temanku, mereka mempertanyakan kenapa siswa yang katanya ganteng (Narsis), pintar bisa mendapat nilai sehina itu. Mungkin aku dianggap sebagai ancaman bagi nama baik sekolah jika tak lulus UN. Tak hanya itu, title siswa “baik-baik” yang aku sandang juga membayangiku. Jabatan masa lalu sebagai orang nomor dua di OSIS apalagi. Belum dengan nilai Biologiku yang nyaris tak ingin aku lihat, bagaimana tidak buat apa Sertifikat Nasional Karya Ilmiahku jika di Biologi saja aku terkapar, apalagi aku punya jabatan di keekskulannya. Malu, malu sekali. Bagaimana kalau aku tidak lulus UN? Apakah aku pantas pernah disebut sebagai siswa baik-baik?

Apa aku layak disandingkan dengan nama-nama lain yang luar biasa yang pernah ada dan berkarya di SMA-ku tercinta ini? Kasihan adik kelasku nanti, menyandang nama besar SMAN 1 Cisarua yang tercoreng gara-gara nama seorang Ari Ramdhani yang UN semudah (?) itupun tak lulus.

"Petiklah hikmah dari cerita diatas."

"Segeralah mempersiapkan diri untuk pertempuran kalian, jangan lengah sepertiku."



... To be continued ...